Pendahuluan
Dilihat
dari perkembangan sejarahnya, berkomunikasi untuk mempengaruhi cara
pandang dan perilaku seseorang sudah dimulai sejak dahulu kala. Dari
situs – situs yang ditemukan oleh para arkeologis di Irak pada abad 18,
tampak bahwa usaha melakukan hal ini sudah dilakukan. Pada masa Yunani
dan di abad pertengahan masa kejayaan Romawi, ide mengenai "opini
publik sudah muncul. Hal ini tampak pada slogan Vox Populi, Vox dei
(the voice of the people is the voice of God). Public Relations sudah
mulai digunakan berabad – abad lalu di Inggris. Hal ini ditunjukkan
dengan munculnya konsep memerlukan pihak ketiga sebagai fasilitator
komunikasi dan penyelaras anantara pemerintah dan rakyatnya.
Pada
perkembangannya konsep Public Relations di Amerika dimulai sekitar
tahun 1900 an yang dipelopori oleh Ivy Lee dengan " The Declaration of
Principles". Ivy Lee dianggap sebagai " the father of Public Relations"
karena deklarasi asasnya itu, meskipun demikian sebetulnya konsep
Public Relations di Amerika sudah ada sejak tahun 1850.( Broom, 2000;
102).
Public
Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun1950. Perkembangan
hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan
kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari
perlunya rakyata Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang
terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda.
Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai
dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan
yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi (Onong, 1991; 12)
Pentingnya
memahami sejarah perkembangan Public Relations adalah untuk mengawali
pemahaman terhadap perkembangan PR di Indonesia. Jika dilihat dari
sejarahnya sebetulnya, PR di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang
sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di Eropa atau Amerika bahkan
Australia. PR di Indonesia dimulai di tahun 1950 an dengan konsep yang
berbeda dengan konsep yang dianut di negara lain. Berdasarkan
pengamatan peneliti dan juga seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth
Goenawan Anantao dalam Public Relations In Asia an Anthology, Public
Relations di Indonesia belum terlalu pesat perkembangannya (Ananto,
2004; 265)
Public
Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh
PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia
memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun
swasta di berbagai sektor. Konsep Public Relations dipahami dan
digunakan oleh pihak – pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman
dan berbagai macam bentuk implementasinya.
Dari
hari ke hari PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan
perkembangan PR di dunia atau Asia. Menurut Rhenald Kasali dalam
bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa Public Relations digunakan untuk
kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade Korea Selatan,
Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988,dll. Olimpiade yang
diselenggarakan oleh tuan rumah Korea Selatan di tahun 1988 menggunakan
salah satu jasa konsultan PR. Olimpiade adalah suatu event
international yang waktu ini masih sangat greget dimana seluruh
perhatian orang tertuju ke sana. Sebagai tuan rumah Korea Selatan ingin
bangkit menunjukkan eksitensi dirinya yang memang salah satu
keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk memasarakan produk –
produknya.
Glasnost
dan Perestroika merupakan kampanye PR dalam karya politik sebuah
negara. Untuk mengubah negaranya, Michael Gorbachev melontarkan konsep
ini untuk mengubah persepsi dunia tentang Uni Soviet dan membuka
bangsanya bagi dunia luar.
Kasus
– kasus tersebut adalah kasus – kasus yang terjadi hampir 20 tahun
yang lalu. Sementara ini masih hangat di tahun 2000 an pada saat negara
– negara di Asia terjadi krisis SARS, Hongkong dan Singapura menangani
khusus pemulihan citra wisata negaranya dengan menyewa seorang
konsultan PR.
Dari
kasus – kasus yang ada sebetulnya tampak bahwa PR adalah sebuah fungsi
komunikasi yang terencana, tetapi memang kenyataannya masih banyak
salah pandang mengenai hal ini.
KESALAH PENGERTIAN TENTANG PR
1.PR adalah Personal Relation
Untuk
menjadi PR harus memiliki kemampuan membina hubungan secara pribadi.
Hal ini tidak seluruhnya salah tetapi bukan itu saja tugas dari seorang
PR
2.PR adalah propaganda
Memang
awal mula akar dari PR dari perang (lihat sejarah di atas). Pada masa
perang memang PR digunakan untuk mengirim pesan yang salah untuk
mematahkan semangat lawan. Propaganda dilakukan sepihak dan untuk
kepentingan kemenangan satu pihak.
3. PR adalah Publisitas
Hal
ini tampak pada lembaga pemerintah. Lembaga pemerintah lebih banyak
menggunakan PR nya untuk hal ini. PR tidak lebih digunakan sebagai
"press relations" yang tugasnya hanyalah mempublikasikan kebijakan
pemerintah, menyusun jadwal temu wartawan serta membawa wartawan turut
kunjungan ke daerah – daerah.
4. PR adalah iklan gratis
Berita
yang dimuat di media dianggap sebagai iklan gratis sehingga banyak
praktisi pemasaran berupaya memanfaatkan publikasi pers untuk
mendapatkan keuntungan beriklan secara gratis. Padahal seperti
diketahui bukan itu tujuan PR dan bukan itu pula tujuan berita.
5. PR adalah menjual senyum
Untuk
menjadi PR harus cantik, pandai ha ha hi hi. Jika hanya ini yang
dilakukan oleh PR maka sebuah perusahaan pasti akan kehilangan
pamornya, apalagi di masa krisis. Pandangan seperti ini bahkan PR
seperti yang no 1 masih banyak terjagi bahkan seperti baru – baru ini
(sekitar 1 tahun yang lalu), media massa pernah mengangkat isue bahwa
PR disamakan dengan hostess, dan frekuensi munculnya isu itu cukup
sering. Memang media yang menayangkan hal itu bukan media terkemuka
tetapi paling tidak masih ada tertancap di benak pembuat berita bahwa
PR hanyalah sebatas senyum dan obral kemampuan personal.
PR sebagai Fungsi Manajemen
Lebih
lanjut lagi supaya tidak terjebak dengan kesalahpengertian perlu
digali definis – definisi tentang PR. Adapun definisi yang ada adalah
sebagai berikut:
- Cutlip and Center mendefinisikan Public Relations sebagai fungsi manajemen yaitu mengidentifikasi, memantapkan serta membina hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publiknya baik dalam keadaan sukses maupun gagal.
- Grunig mengembangkan definisi tersebut menjadi manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya.
- Lawrence W.Long dan Vincent Hazelton mengembangkan sebuah definisi baru yang lebih modern dan memadai bahwa Public Relations adalah fungsi komunikasi melalui adaptasi organisasi, mengubah atau membina hubungan dengan lingkungan dengan tujuan bersama-sama mencapai tujuan dari organisasi. Pendekatan ini menggambarkan bahwa Public Relations adalah lebih dari sekedar mempersuasi melainkan juga membantu mengembangkan kondisi komunikasi terbuka, saling pengertian/saling memahami dengan didasari ide bahwa organisasi juga mau berubah (dalam proses berperilaku dan bersikap) tidak hanya sebagi sasaran khalayak saja. Dapat dikatakan bahwa perusahaan dimungkinkan mengubah kebijakan sebagai hasil tindak lanjut dari dialog dengan lingkungannya.
Definisi
tersebut hanyalah sebagian kecil dari definisi yang ada tentang PR.
Mengacu pada definisi – definisi di atas, memaknai terminologi "fungsi
manajemen" yang ada pada Public Relations, memiliki arti yang lebih
dalam. Arti tersebut memuat jawaban atas pernyataan, untuk apa fungsi
manajemen atau manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Public
Relations. Jawaban ini jelas bahwa Public relations berperan sebagai
Pengelola Reputasi Organisasi. bukan Pemasar/Penjual dan bukan hanya
melulu memliki aktifitas berhubungan dengan media atau seperti yang
disebut di atas.
Dari
definisi di atas tampak bahwa PR adalah fungsi manajemen bukan
adminsitratif. Secara lebih dalam lagi pada sessi atau mata kuliah yang
lain akan dibahas mengenai posisi PR sebagai koalisi dominan yang
duduk di leher struktur yang bertindak sebagai fungsi manajemen
sehingga kurang tepat jika PR hanya didudukkan sebagai bagian dari
marketing, SDM, atau jika kita lihat di pemerintah tidak kurang PR atau
Humas hanyal bagian dari seksi. Dalam hal penempatan PR ada beberapa
klasifikasi penempatan dan pemanfaatan PR pada sebuah organisasi:
- Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada hirarkhi tinggi di perusahaan, memiliki garis pelaporan langsung kepada pimpinan atau kepala administrator. Beberapa menempatkan fungsi Public Relations pada posisi yang lebih rendah, memiliki hubungan pelaporan dengan bagian pemasaran, personalia, legal atau pengambil keputusan lain di tingkat yang lebih tinggi.
- Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada unit tersendiri sementara itu ada beberapa organisasi yang menempatkan Public Relations pada beberapa unit dalam departemen di organisasi.
- Beberapa organisasi menggunakan konsultan dari luar organisasi/perusahaan, beberapa menggunakan Public Relations dari internal perusahaan bahkan ada yang menggabungkan keduanya (Grunig,1992;396)
Melihat definisi PR seperti di atas maka tampak bahwa kata kunci dari PR adalah
- Kesengajaan: Aktifitas PR adalah aktifitas yang disengaja. Dibentuk untuk mempengaruhi, meraih pemahaman bersama, menyediakan informasi, dan mendapatkan umpan balik
- Terencana: Aktifitas Public Relation adalah terogranisir, pada kurun waktu tertentu, sistematis, menggunakan riset dan analisa.
- Mengutamakan performance: Public Relations yang efektif didasarkan pada kebijakan aktual dan kinerja.
- Mengutamakan kehendak masyarakat (public interest): Aktifitas atau kegiatan Public Relations hendaknya didasarkan pada tujuan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.
- Komunikasi dua arah: Selain menginformasikan sesuatu, Public Relations membutuhkan umpan balik dari khalayaknya sehingga model komunikasi yang digunakannya adalah dua arah.
- Fungsi Manajemen: Public Relations menjadi efektif apabila menjadi bagian dari keseluruhan manajemen dan didukung oleh top manajemen. Public Relations berfungsi sebagai konseling dan pemecah masalah di tingkat top manajemen bukan sekedar hanya mendesiminasikan informasi setelah keputusan dibuat (Wilcox, 1998:4-8)
Secara
umum PR sebagai fungsi manajemen dan sedikit tentang keberadaan PR
dalam sebuah perusahaan sudah di bahas. Berikut ini secara khusus akan
dibahas apa peran, fungsi, model komunikasi, aktifitas serta kompetensi
yang dibutuhkan bagi seorang PR
Peran PR dalam Organisasi
Sebetulnya
memformulasikan apa peran PR dalam organisai bukanlah hal yang mudah.
Beberapa penulis mencoba memetakan bahwa pada dasarnya peran PR dalam
sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
1. Communication Tehnician
Beberapa
praktisi memasuki dunia PR ini sebagai teknis. Pada tahap ini
kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan
untuk berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal,
menulis news release, menulis feature, dll. Biasanya praktisi dalam
peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka
tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran
mereka lebih ke arah penulisan tools dan mengimplementasikan program.
Mereka sebagai "the last to know"
2.Expert Prescriber
Praktisi
PR sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memeiliki
tanggungjawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak
yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi
sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini sehingga mereka dapat
mengerjakan pekerjaan mereka yang lainnya.Tampaknya bangga karena PR
semacam ini dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya
keterlibatan top manajemen dalam peran PR maka PR seolah terisolir dari
perusahaan. Ia sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen
mereka juga menjadi sangat tergantung kepada PR nya. Mereka menjadi
minim komitmen kepada tugas – tugas PR, padahala seperti diketahui
seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam
sebuah perusahaan,
Dalam
hal diffusi peran dan fungsi PR sehingga mereka paham spirit perlunya
PR bagi perusahaan menjadi rendah dan tidak akan tersosialisasi bahkan
terburuk akan hilang kepercayaan top manajemen akan fungsi PR bagi
sebuah organisasi. Hal ini akan terjadi apabila top manajemen banyak
merasa dikecewakan oleh PR yang dianggap mereka sebagai pakar.
3.Communication Facilitator
PR
sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai
penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya.
Mereka mengelola two way communicationnya dengan cara membuka rintangan
komunikasi yang ada/yang terjadi. Tujuannya dalam hal ini adalah untuk
menyediakan kebutuhan dua belah pihak akan informasi, membuat
kesepakatan yang melibatkan minat keduabelah pihak.
Para
pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber informasi
dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari
interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara dua belah
pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus, membantu
partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara
perusahaan dan publiknya. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way
communication mampu meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
organisasi dan publik dalam hal prosedur, kebijakan, serta tindakan
lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak.
4.Problem Solving Facilitator
Mereka
berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan
masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen stratejik perusahaan.
Bergabung dengan konsultan mulai dari awal direncanakan program hingga
evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan PR sebagai tahapan fungsi
manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen yang lain.
PR
berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran
yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi
perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang seharusnya
diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan
organisasi.
Melalui
peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik motivasi
maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan, mereka mensupport
perubahan strategis organisasi, keputusan yang sifatnya taktis dan
memiliki komitmen pada perubahan dan mampu menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan program.
Mereka
dimasukkan sebagai tim manajemen karena mereka mampu menunjukkan
kemampuan dan nilai dalam membantu manajemen menangani serta
menyelesaikan permasalahan
Fungsi dan Model PR
Secara
turun temurun, fungsi PR dapat digambarkan sebagai pengontrol publik,
mengarahkan apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh orang lain dalam
rangka memuaskan kebutuhan organisasi, merespon publik, mereaksi
pengembangan, masalah, mencapai hubungan yang saling menguntungkan
antara publiknya melalui hubungan yang harmonis. Fungsi ini dekat
dengan model PR yang dipaparkan oleh Grunig dan Hunt (1994) yaitu the
press agentry/publicity model; the public information model; the two
way asymmetric model; the two way symmetric model. Secara detail
mengenai model tersebut adalah sebagai berikut:
Pada
sejarah perkembangan konsep model Public Relations tampak bahwa pada
mulanya menurut Erc Goldman dalam Grunig menyebutkan bahwa Public
Relations diawali dengan the public be fooled era atau press agentry dan public be informed atau public information era.
Pada
awalnya Grunig mengadopsi ide ini tetapi mengelaborasinya dengan
menambahkan mengenai tujuan dan arah komunikasi . Grunig mengadopsi ide
Thayer mengenai synchronic dan diachronic communicationuntuk
menggambarkan dua pendekatan dalam public relations. Tujuan dari
komunikasi sinkronis (synchronic communication) adalah mensikronisasi
perilaku publik terhadap organisasi sehingga organisasi dapat melakukan
apa yang diinginkan tanpa campur tangan dari publiknya. Tujuan dari
komunikasi diakronik adalah untuk menegosiasikan kebutuhan antara
organisasi dengan publiknya.Pada akhirnya Grunig mengganti istilah
synchronic dan diakronik dengan assymetrical dan symetrical
communication.
Grunig and Hunt mengidentifikasi perkembangan sejarah Public Relations. Pada awalnya Press agentry digunakan oleh praktisi PR di pertengahan abad 19. Pada awal abad 20 mulai digunakan model the public information.
Keduanya merupakan representasi dari one way approaches dimana dengan
model ini diseminasi informasi lebih banyak dengan menggunakan media.
Di era berikutnya, dengan dipengaruhi oleh pandangan Perilaku dan ilmu – ilmu sosial dikembangkanlah model two way asymetrical
yang menekankan pada propaganda dan manipulasi publik (meskipun dalam
arti yang positif). Memanipulasi di sini berarti mengelola serta
mengarahkan publik kepada tujuan kita melalui cara memahami motivasi
mereka. Selanjutnya dikembangkanlah Two way symetrical model
yang mengarah kepada "telling the truth to public" . Model komunikasi
ini diterapkan kepada publik dengan menggunakan penelitian untuk
memfasilitasi apa yang diharapkan oleh publik daripada untuk
mengidentifikasi pesan apa yang dapat digunakan untuk mempersuasi
publik.
Grunig
memaparkan Model two way symetric adalah pendekatan yang dapat
dikatakan baik dalam public relations. Sejalan dengan konsep yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah departemen dapat dikatakan baik
dengan segala karakteristikanya dapat membuat organisasi menjadi lebih
efektif.
Grunig mengidentifikasi suatu teori normatif mengenai Public Relations yang menganut Two Way Symetric adalah memiliki karakter
1.Adanya saling tergantung dan pembinaan hubungan;
2.Ketergantungan dan pembinaan hubungan tersebut memunculkan kurangnya konflik, perjuangan, dan saling berbagi misi;
3.Adanya keterbukaan,saling percaya dan saling memahami;
4.Konsep kunci mengenai negosiasi,colaborasi dan mediasi;
5.Perlunya dikembangkan suatu aturan bagi proses dan strategi.
Pemahaman
tersebut dapat disarikan bahwa komunikasi yang harmonis antara Public
Relations dengan publiknya akan berjalan baik jika didukung dengan
komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas, keterbukaan dan
konsisten terhadap langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh
keyakinan orang lain,adanya langkah-langkah fair untuk mendapatkan
hubungan timbal balik dan goodwill, komunikasi dua arah yang terus
menerus untuk mencegah keterasingan dan untuk membangun hubungan serta
selalu melakukan evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk
menentukan langkah atau penyesuaian yang dibutuhkan bagi sosial yang
harmonis. Pemilihan model yang tepat sangat tergantung dari struktur
sebuah organisasi dan bagaimana kondisi lingkungan dimana perusahaan
tersebut bertindak.
Aktifitas PR
Pekerjaan
PR dapat dikerjakan sendiri atau oleh konsultan, pemilihan ini sangat
tergantung dari polcy perusahaan. Kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaan konsultan dapat dilihat lebih lanjut dalam tulisan Ida
Anggraeni Ananda, Jurnal Visi Komunikasi.
Pada dasarnya aktifitas PR meliputi:
- Komunikasi: perukaran ide, pendapat atau peasn melalui visual, lisan atau tulisan
- Publisitas: diseminasi pesan yang terencana melalui media tertentu, tanpa bayaran, untuk meningkatkan minat terhadap perusahaan/organisasi
- Promosi: aktifitas mengkreasi atau menstimulasi perhatian terhadap produk, orang, organisasi atau kasus.
- Press agentry: melalui soft news stories
- Integrated marketing: fungsi PR pendukung pemasran, tujuan beriklan sebuah organisasi
- Manajemen Isue: identifikasi, memonitor aksi publik atau reaksi publik terhadap organisasi
- Manajemen krisis: menghadapi krisis, bencana atau kegiatan negatif yang tidak terencana dan memaksimal ekses positif yang dapat diraih
- Public Information offcer: sebagai penghubung antara lembaga pemerintah, dan media
- Public Affairs/lobbyist: bekerja mewakili perusahaan untuk menghadapi politisi, perangkat pemerintah yang berperan menetukan kebijakan dan undang-undang untuk mempertahankan statusquo atau mengubahnya.
- Financial Relations: menghadapi dan mengkomunikasikan informasi kepada pemegang saham atau masyarakat pemodal
- Community Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan antara organisasi dan masyarakat
- Internal Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan orang – orang yang berada dan memilki hubungan di dalam organisasi
- Industry Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan atau atas nama perusahaan dengan industri
- Minority Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan group minoritas dan individual
- Media Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan media
- Public Diplomacy: memantapkan dan meningkatkan hubungan untuk membuka jalur perdagangan, pariwisata dan kerjasama antar negara
- Event management: menyiapkan, merencanakan, melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam suatu waktu
- Sponsorship: menawarkan atau menerima bantuan dana dengan imbalan public exposure
- Cause/Relationship marketing: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan konsumen
- Fund Raising: memantapkan dan meningkatkan hubungan atas nama sektor non profit untuk mendorong terkumpulnya dana serta bantuan
Kompetensi PR
Setelah
melihat secara sepintas apa itu PR, peran, model, fungsi serta
aktifitasnya maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi PR bukanlah
orang yang sembarangan. Banyak kriteria kompetensi yang harus dimiliki.
Diantaranya adalah:
Lulusan PR hendaknya mampu:
- Teori PR dan komunikasi untuk mendukung praktek PR
- Kemampuan menganalisis dan merencanakan
- Kemampuan teknis dan komunikasi
- Pemahaman sosial, politik, etis dan hubungannya dengan program
- Pemahaman tentang proses dan aplikasi dunia industry
Secara khusus kemampuan yang harus dimiliki:
- Kemampuan vocational seperti riset, menulis, mendengarkan, presentasi,dll
- Memiliki kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain: interpersonal skills, networking, mendengar
- Kemampuan profesional: paham mengenai perencanaan dan taat deadline
- Memiliki perspektif etika
- Mengerti teknologi yang dapat digunakan sebagai tools
- Harus memiliki kemauan belajar tinggi (life long learning)
- Being thinkers: kemampuan analisis, kritis, strategis, evaluatif, kreatif dan lateral
Pustaka
Ananda, Ida Anggraeni, Public Relations Sebuah Telaah dari Sudut Fungsi,
Peran dan Kedudukannya dalam Organisasi, Jurnal Visi Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Mercu Buana, Jakarta, 2002
Cutlip, Scott.M, et all, Effective Public Relations, Prentice Hall, New Jersey, 2000
Grunig,James.E, Excellence in Public Relations and Communication Management, Lawrence Erlbaum, New Jersey, 1992
Johnston, Jane, Clara Zawawi, Public Relations Theory and Practice, Allen & Unwin, 2000
Onong, Uchyana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya, 199