Propaganda
A. Pengertian Proganda:
Propaganda
merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Propaganda sendiri
berasal dari kata propagare artinya menyebar, berkembang, mekar. Carl I
Hovlan menambahkan bahwa propaganda merupakan usaha untuk merumuskan
secara tegar azas-azas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan
sikap. Propaganda timbul dari kalimat sacra congregatio de propaganda
fideatau dari kata Congregatio de propaganda fide atau Congregation for
the Propagandation of Faith tahun 1622 ketika Paul Grogelius ke 15
mendirika organisasi yang bertujuan mengembangkan dan mengembangkannya
agama katolilk Roma di Italia dan Negara lain.
Karya
Klasik Lasswell, Propaganda Technique in the World war (1927)
mengajukan salah satu usaha hati-hati yang pertama kali mendefenisikan
Propaganda: “Propganda semata merujuk pada control opini dengan
symbol-simbol penting, atau berbicara secara lebih konkret dan kurang
akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar, atau bentuk-bentuk
komunikasi social lainnya. (Seperti yang di kutip oleh Werner J. Severin
–Jamesa W Tankard ,Jr. Teori Komunikasi, dalam Teori Komunikasi:
Sejarah, Metode, Terapan di Dalam Media Massa. Hal.128)
Kata
‘propaganda’ berasal dari bahasa Latin. Awalnya berarti ‘gagasan untuk
disebarkan ke sekeliling’. Namun dalam Perang Dunia I, artinya berubah
menjadi ‘gagasan politik yang ditujukan untuk menyesatkan’ (Wikkipedia)
Selain itu juga tokoh-tokoh komunikasi dan para ahli yang lainnya mencoba memberikan defenisi propaganda, diantaranya:
· Enclyclopedia International
· Enclyclopedia International
Propanda
adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan
reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan
yang disampaikan. Arti dari propaganda dikemukan sebagai konsep popular
yang cenderung menumbuhkam suatu kecurigaan dan rasa takut terhadap
kekuatan dipropaganandis.
·
Enclyclopedia berbahasa Indonesia On Line (wikkipedia).
Propaganda
ialah sebuah informasi. Informasi itu telah dirancang agar orang
merasakan cara tertentu atau mempercayai sesuatu. Infomasi itu biasanya
bersifat politik.
Lasswell
Propaganda
dalam arti yang luas, adalah tekhnik untuk mempengaruhi kegiatan
manusia dengan memanifulasikan sepresentasinya (representasi dalam hal
ini berarti kegiatan atau berbicara untuk suatu kegiatan kelompok).
Barnays
Propaganda
modern adalah suatu usaha yang bersifat konsisten dan terus menerus
untuk menciptakan atau membentuk peristiwa-peristiwa guna mempengaruhi
hubungan public terhadap suatu uasha atau kelompok.
Drs. R.A Santoso Sastropoetro
Propaganda
adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan
secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah
laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan
oleh komunikator.
Prof. Onong Uchyana Efendi
Propanganda
adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan
berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar
melaksanakan kegiatan tertentu denga kesadaran sendiri tanpa paksa atau
dipaksa.
Drs. R. Roekomy
Propaganda
adalah usaha mempengaruhi orang lain berdasarkan factor-faktor
psikologis tentang sesuatu yang baru atau belum diakui kebenarannya agar
terbuat sesuai dengan yang dirahapkan.
Prof. Dr. mar`at
Propanganda
itu adalah suatu tekhnik, cara atau usaha yang sistematis serta
sungguh-sungguh dipikirkan secara mendalam dimana tekhnik atau
cara/usaha ini dilakukan baik oleh seseorang maupun sekelompok orang
untuk mempengaruhi pendapat atau sikap orang lains atau kelompok lain.
Prof. DR.H.C.J. Duyker
Bahwa
siapapun yang melakukan propaganda meyebarkan pesan-pesan, mempunyai
keinginan untuk mengubah sikap, pendapat, tingkah laku dari sesame
manusia sebagai objeknya.
· William Albig
· William Albig
Pada awalnya kegiatan propaganda didasarkan pada kokunikasi dari mulut ke mulut dan media cetak yang mencapai kelompok kecil.
B. Unsur-Unsur Propaganda.
Dalam propaganda ada beberapa unsur-unsur terbentuknya sebuah komunikasi, diantaranya:
1. Adanya komunikator, penyampaian pesan.
2. Adanya Komunikan atau penerima pesan/ informasi.
3. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menetukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.
4. Pesan tertentu yang telah di-“encode” atau dirumuskan sedemikian rupa adar mencapai tujuannya yang aktif.
5. Sarana atau medium (media), yang tepat dan susuai atau serasiu dengan situasi dari komunikan.
6. Teknik
yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang secepatnya
dan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan
keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
7. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
8. Tercapainya tujuan kepada aspek kognitif, afektif dan konatif.
ANALISIS CONTOH PROPAGANDA MEDIA.
(Studi
Kasus Korban Bencana Lumpur Lapindo Pada Harian Umum “Media Indonesia
“, Edisi Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei Litbang Media Group)
Tinjauan Analisis.
Tinjauan Analisis.
Pada
Harian Umum (HU) “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric
“analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang
korban Lumpur lapindo. Saya mencoba sedikit mengamati fenomena
propaganda yang dijalankan oleh Media Group khusunya pada Koran Harian
Umum (HU) “Media Indonesia” tentang korban Lumpur lapindo. Untuk mencoba
menganalisis propaganda media maka harus terlebih dahulu kita bahas
unsur-unsur komunikasi yang ditawarkan oleh Lasswell. Kenapa? Sebab pada
dasarnya formula yang ditawarkan oleh Lasswell mampu menganalisis lebih
dalam hal-hal yang terkait dengan kegiatan propaganda.
Adapun unsure-unsur komunikasi yang disodorkan oleh Harold Lasswell diantaranya:
1. Who : menujukan unsur “siapa” yang terlibat
2. Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).
3. In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
4. To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
5. With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.
6. Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi konflik, stabil, labil.
7. Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.
8. Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.
2. Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).
3. In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
4. To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
5. With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.
6. Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi konflik, stabil, labil.
7. Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.
8. Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.
Berangkat
dari sanalah mari kita bersama menganalisis proses propaganda pada
Harian Umum (HU) “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric
“analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang
korban Lumpur lapindo.
Pertama kita
uraikan dari unsur siapa(Who). Pertama, Jelas sekali pada Survei
Litbang Media Group ini yang menjadi kepala (otak) adalah Media Group
itu sendiri. Perusahaan yang dipimpin oleh Surya Palloh ini rupanya
memanfaatkan betul sekali “kesempatan emas” untuk menciptakan opini
public dengan melalui proses propaganda. Walaupun pada dasarnya dalam
survei ini melibatkan publik dengan survei yang mencakup 480 responden
dewasa yang dipilih secara acak dari buku petunjuk telepon resindesial
di kota-kota besar di Indonesia yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta,
Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun pada dasarnya Media Group tetap
mempunyai “kepentingan” dan agenda setting media tersendiri. Yang mana
keduanya (kepentingan dan agenda setting) dibungkusi oleh kegiatan
propaganda yang sehalus mungkin. Berangkat dari sini pula, jika kita
bisa menelaah lebih dalam maka visi dan misi sebuah media bisa
diketahui. Semisal, melalui analisis teks media, analisis framing dan
yang lainnya. Kedua, yang terlibat dalam propaganda ini adalah korban
lumpur Lapindo.
Kedua,
unsur ke”apa”an (Says What), untuk unsur yang kedua ini kita dapati
dari judul (Head Line) besar pada halaman rubrik tersebut. Pada rubrik
“Analisis” ini “Media Indonesia” mengangkat judul (Head Line) “Korban
Lumpur Panas Dianaktirikan”. Dari judul tersebut secara langsung maka
pertanyaan tentang topik apa yang diangkat oleh Media Indonesia
terjawab. “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric
“analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang
korban Lumpur lapindo, fokus analisisnya lebih kepada keadaan dan nasib
para korban lumpur lapindo yang dianaktirikan atau tidak diperhatikan.
Semakin jelaslah dalam hal ini, “Media Indonesi” tengah berupaya untuk
melakukan propaganda kepada seluruh pihak khususnya dalam hal ini
tertuju kepada pemerintah, agar lebih memperhatikan dan mengutamakan
korban lumpur lapindo.
Lebih
dalam lagi jika kita analisis lewat analisis teks media, maka semakin
jelasnya upaya propaganda “Media Indonesia”. Misalnya “Media Indonesia”
menulis: “Ironisnya, nasib warga Porong korban luimpur sampai hari ini
masih tak menentu, meski pada tingkat kebijakan sudah ada perjanjian
bahwa Lapindo akan mengganti semua aset pihak lain, termasuk warga, yang
lenyap karena luberan lumpur panas. Hak mereka atas tanah tempat
tinggalnya yang tenggelam, yang seharunya sudah emreka terima hingga
kini belum juga cair” (paragraf.12).
Ketiga, unsur
media yang digunakan (In Wich Channel). Para proses propaganda yang
dilakukan oleh “Media Indonesia” ini media yang digunakan tentunya
adalah koran atau media cetak, karena pada dasarnya “Media Indonesia”
bergerak dalam dunia media cetak. Namun jika kaca mata analisisnya
ditujukan kepada “Media Indonesia” dalam menghimpun data dan opini
masyarakat (publik) yang dimaksudkan untuk mengetahui opini yang sedang
berkembang di masyarakat, maka “Media Indonesia” menggunakan media
survei yang dilakukan oleh Litbang Media Group dengan melakukan
wawancara terstuktur dengan kuesioner melalui telepon kepada masyarakat
di enam kota besar yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung,
Jakarta, dan Medan. Namun hasil survei yang dilakukan oleh Media Group,
tulis “Media Indonesia” tidak dimaksudkan mewakili pendapat seluruh
indonesia, namun hanya masyarakat pengguna telepon residensial di kota
tersebut. Dan Margin of Error survei tersebut plus minus 4,6 % pada
tingkat kepercayaan 95%. (paragraf. 2).
Keempat,
unsur siapa yang dituju dari propaganda tersebut / komunikan (To Whom).
Mengacu pada unsur yang keempat ini, sebenarnya berdasarkan analisis
saya maka yang dituju oleh propaganda “Media Indonesia” adalah seluruh
pihak. Namun jauh dari itu, pasti setiap masalah tidak selalu general
ditujukan kepada seluruh pihak, pasti ada pihak yang dikhususkan. Begitu
juga dengan propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” juga. Maka
yang menjadi fokus propaganda (sebenarnya) adalah pemerintah. Dari
judul (Head Line) saja “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan” sudah
terlihat bagaimana “Media Indonesia” menilai kinerja dan peran
pemerintah terhadap korban Lapindo yang hanya menganaktirikan. Selain
itu juga hal ini diperkuat dengan teras (lead) yang ditulis “Media
Indonesia”: “Mayoritas masyarakat menilai tidak puas terhadap kinerja
pemerintah dalam menangani korban lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo,
Jawa Timur. Bahkan, mayoritas menilai korban juga kurang mendapat
perhatian pemerintah bila dibandingkan dengan korban bencana alam
lainya”.
Kelima,
unsur efek yang ditimbulkan (With What Effect). Jika menganalisi dari
segi efek yang ditimbulkan khususnya topik yang diangkat yaitu korban
lumpur yang dianaktirikan, “Media Indonesia menulis: “Ketidakjelasan
soal pembayaran ganti rugi tersebut membuat kehidupan puluahn ribu warga
Porong juga semakin tidak jelas. Tak terbayangkan bagaimana hancurnya
kehidupan mereka akibat Lumpur panas yang yang menenggelamkan
rumah-rumah dan tempat kerja mereka. Mendadak ribuan orang terpaksa
mengungsi jauh dari tempat tinggalnya. Sekaligus berarti mereka juga
kehilangan mata pencaharian, baik dari lahan pertanian maupun
pabrik-pabrik yang terpaksa ditutup” (Paragraf.16). Dari tulisan “Media
Indonesia” di atas jelasnya sungguh besar efek yang ditimbulkan oleh
kinerja pemerintah yang setengah hati sehingga menganaktirikan korban
lapindo. Dan mungkin inilah yang menjadi alas an terkuat bagi “Media
Indonesia” untuk melakukan propaganda, harapannya pemerintah bisa lebih
memerhartikan kepentingan-kepentingan korban lapindo selayak-layaknya,
layaknya seoarang ibu kepada anak kandungnya bukan seperti anak tiri
yang dinomorduakan.
Keenam, unsur
yang menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan (Sikon). Pada
dasarnya situasi yang terjadi pada saat bersamaan terlihat damai dan
terkendali, walaupun gelombang protes disertai emosi dan histeria kerap
menghiasi aksi protes dan unjuk rasa korban Lumpur Lapindo tersebut.
Ketujuh,unsur
cara yang dilakukan untuk proses tersebut (Teknik). Dari foto berita
yang dimuat bersamaan dengan tulisan itu maka, kita bisa melihat
bagaiman situasi yang terjadi pada korban Lumpur Lapindo. Mereka protes
dan berunjuk rasa dengan cara memblokir kereta api, hal ini dilakukan
sebagai wujud dari tidak puasnya atas kinerja pemerintah dalam menangani
korban Lapindo.
Kedelapan,
unsur pada acuan atau hal yang ingin diraih (Kebijakan). Jika saya
simpulkan sebenarnya proses propaganda yang dilakukan oleh “Media
Indonesia” berujung pada pendesakan agar pemerintah mengambil alih
langsung penanganan korban Lumpur Lapindo. Pemerintah diharapkan All Out
dalam menangani kasus ini bukan dengan setangah hati, bisa lebih
memperhatikan dan mengutamakan segala kepentingan rakyatnya.
Demikianlah
uraian analisis saya terhadap kegiatan propaganda yang dilakukan oleh
“Media Indoensia”. Yang menjadi catatan pada akhir dari analisis ini
bahwa, sejatinya propaganda benar-benar murni untuk memperjuangkan yang
hak (benar) bukan sebaliknya. Kenapa saya menulis demikian? Sebab tidak
sedikit juga media yang melakukan propaganda pada suatu masalha yang
justru dianggap salah. Disinilah yang berbicara adalah kepentingan dan
agenda setting media. Oleh karenanya kita sebagai seorang muslim,
berkewajiban untuk senantiasa tabayun (cek-ricek) terhadap setiap berita
yang dating kepada kita, agar kita tidak termasuk korban propaganda
yang tida benar.
Sumber : http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/