Merek-merek terkenal merupakan tambang uang yang luar biasa besar. Merek besar sukses lantaran berhasil membangun kepercayaan di hati konsumennya. Mereka tidak hanya melakukan branding tanpa isi, tapi branding
dengan karakter. Ada sesuatu yang merek-merek itu berikan kepada
pelanggannya sehingga memberi nilai tambah dalam relasi antara merek
dengan pelanggannya.
Situs Entrepreneur.com bekerjasama
dengan Values Institutes mengkaji rahasia-rahasia di balik kesuksesan
merek-merek itu membangun kepercayaan konsumen. Studi dilakukan pada
ranah relasi merek dengan konsumennya. Berikut adalah 10 rahasia yang
ditemukan di balik kesuksesan merek membangun kepercayaan konsumen.
Sentuhan Personal Ala Amazon
Salah satu contoh merek yang sukses dalam melakukan personalisasi adalah Amazon. Amazon
dikenal sebagai situs belanja yang piawai melakukan kustomisasi
terhadap kebutuhan pelanggan. Setiap pelanggan yang terdaftar di Amazon
akan diperlakukan sesuai dengan kebutuhan dan karakternya.
Langkah memberikan rekomendasi produk
tertentu kepada pelanggan dengan kebutuhan tertentu dilakukan oleh
Amazon. Dengan personalisasi dan kustomisasi ini, pelanggan merasa
diperlakukan dengan baik dan intim. Dan, strategi ini pun mampu
mendorong terjadinya pembelian. Masa depan bisnis web adalah
personalisasi.
Menjual Kebahagiaan Cara Coca-cola
Coca-Cola menjadi merek yang dikenal
jago dalam “menjual” kegembiraan dalam hidup. Beberapa iklannya
menampilkan sportivitas, keriangan, kesegaran, dan sebagainya. Sebut
saja tema “Ice-Cold Sunshine, the Pause That Refreshes, Life Tastes
Good,” dan sebagainya. “Segala hal yang mereka lakukan selalu dilandasi
dengan ide bagaimana melakukan promosi dengan membangun dan menciptakan
kebahagiaan,” kata pengarang Stengel.
Penuhi Janji kepada Konsumen Model FedEx
Kunci kesuksesan FedEx adalah
kepercayaan. Kepercayaan di sini tak lain ketika perusahaan logistik ini
mampu memenuhi janji-janjinya kepada konsumen. Pengiriman dengan
ketepatan waktu, keamanan barang, dan layanan antar yang memuaskan
menjadi janji-janji yang wajib dipenuhi perusahaan itu. Kepercayaan
menjadi penting mengingat pelanggan bukan sekadar angka, tapi manusia
yang bisa menagih janji.
Jaga Agar Tetap Elegan dan Fun seperti Apple
Apple menjadi contoh pas dalam hal ini. Dari sisi ritel, Apple dikenal dengan layanan yang cool
dan empatik. Apple merekrut orang-orang yang memiliki empati tinggi
yang bisa bekerjasama dan membangun transparansi di depan pelanggannya.
Apple selalu mengusung ritel dengan konsep untuk “menunjukkan” (show), dan bukan sekadar “mengatakan” (tell). Itulah filosofi ritel dari merek besutan mendiang Steve Jobs tersebut.
Beri Pengalaman Konsumen
Mungkin sangat melupakan Target sebagai
sebuah merek ritel diskon. Tapi, pengalaman yang mereka “jual” bakal
tidak terlupakan. Target dikenal sebagai ritel yang jago dalam memberi
sentuhan pengalaman dari setiap produk, layanan, maupun gerainya.
“Target membuat upaya nyata untuk memberikan pengalaman menyenangkan
bagi para pembelanja. Sementara, ia juga memberikan kualitas dan harga
produk yang memikat,” kata konsultan merek Rob Frankel.
Konsisten Ala Ford
Di tengah dunia yang serba berubah
cepat, produsen mobil kelas dunia Ford senantiasa mengandalkan proses
branding yang konsisten. Banyak orang mengagumi Ford karena
konsistensinya, baik dalam strategi merek, strategi produk, maupun
eksekusi pemasarannya. Ford juga senantiasa mendengarkan dan melakukan
apa yang menjadi kebutuhan dari pelanggannya.
Pesan Aspirasional Nike
Di situs webnya, Nike mendeklarasikan
misinya untuk membawa inspirasi dan inovasi kepada setiap atlet di
seluruh dunia. “Bila Anda memiliki tubuh, Anda adalah seorang atlet”
demikian pesan tandas Nike. Salah satu kekuatan Nike adalah pesan
aspirasionalnya. Pesan motivasional ini cukup berdampak pada emosional
penggunanya. “Nike senantiasa fokus pada konsumennya. Pesan pemberdayaan
sangat kuat, termasuk pesan Just Do It yang fenomenal itu,” kata Kevin
Lane Keller, Profesor Pemasaran di Tuck School of Business di Darmouth
College.
Membangun Koneksi Akrab Model Starbuck
Konsumen sekarang memiliki kebutuhan
untuk saling terhubung dengan konsumen lainnya. Kebutuhan akan interaksi
inilah yang ditangkap oleh produsen kopi Starbucks. Starbucks berupaya
memenuhi kebutuhan akan interaksi tersebut.
Misalnya, Starbucks memberikan jaringan
Internet gratis di setiap gerainya. Starbucks juga membangun gerai yang
lebih besar untuk memenuhi kebutuhan akan ruang pertemuan, diskusi,
maupun berjejaring di antara para pelanggannya. “Pergilah ke gerai
Starbucks. Dan, di sana bisnis terjadi dan orang-orang saling berbagi.
Setiap hal di sana adalah perkara koneksi, penemuan, inspirasi, dan
kreasi,” kata penulis Stengel.
Melayani Secara Unik Seperti Southwest Airlines
Layanan unik akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi konsumen. Southwest Airlines, misalnya, memiliki layanan
selama penerbangan yang unik untuk menciptakan pengalaman konsumen.
“Southwest menjadi merek dalam industri penerbangan yang independen yang
mendobrak norma-norma dalam industri tersebut,” kata Tim Calkins dari
Northwestern University’s Kellog School of Management.
Fokus pada Konsumen ala Nordstrom
Fokus pada konsumen menjadi salah satu
faktor sebuah layanan dan produk akan kuat. Nordstrom menjadi salah satu
merek ritel yang cukup getol dalam melakukan hal tersebut. Dalam sebuah
survei, Nordstrom menempati posisi teratas sebagai perusahaan yang
peduli pada konsumennya. Dengan 230 gerai, Nordstrom aktif melakukan
layanan memikat.
sumber : http://komunikasia.net