PENDAHULUAN
Sejalan dengan persaingan yang semakin tajam di dunia bisnis, maka
peranan public relations sangatlah penting dalam suatu perusahaan.
Setiap perusahaan yang bergerak dibidang pemasaran, baik produk maupun
jasa selalu menciptakan hubungan yang baik, selaras dan harmonis denga
pihak luar perusahaan lain atau pelanggan. Hal ini dikarenakan bagi
suatu perusahaan pelanggan merupakan faktor yang amat penting, sebab
maju mundurnya suatu perusahaan ditentukan oleh banyak sedikitnya
pelanggan perusahaan tersebut.
External public relations, hubungan dengan publik di luar
perusahaannya merupakan suatu keharusan yang mutlak. Sesuai dengan
sifatnya, dalam masyarakat modern tidak akan ada kemungkinan bagi
seorang insan atau suatu badan bisa hidup menyendiri. Masing-masing akan
saling membutuhkan satu sama lain. Seperti halnya suatu perusahaan,
tidak akan mugkin bisa hidup kalau dia tidak bisa mendatangkan bahan
baku, kemudian menyalurkan dan memasarkan hasil produksinya. External
public relations merupakan salah satu bentuk dari kegiatan public
relations yang ditujukan kepada pihak yang berada di luar instansi atau
perusahaan yang merupakan penyelenggaraan komunikasi timbal-balik antara
perusahaan dengan pelanggannya, sekaligus turut menentukan sukses
tidaknya perusahaan tersebut yang pada akhirnya diharapkan dapat
membentuk citra baik perusahaan.
Kegiatan Eksternal Public Relations ini ditujukan untuk public
eksternal organisasi/perusahaan,yaitu keseluruhan elemen yang berada di
luar perusahaan, yaitu keseluruhan elemen yang berada di luar
perusahaan yang tidak berkaitan secara langsung dengan perusahaan,
seperti masyarakat sekitar perusahaan, pers, pemerintah, konsumen,
pesaing, dan lain sebagainya.
Melalui kegiatan eksternal ini, diharapkan dapat menciptakan
kedekatan dan kepercayaan public eksternal kepada perusahaan. Dengan
begitu maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara
organisasi/perusahaan dengan public eksternalnya, sehingga dapat
menimbulkan citra baik atas perusahaan dimata publiknya.
PEMBAHASAN
Khalayak (Public) adalah kelompok atau orang-orang yang
berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun
eksternal. Istilah Public Relations merupakan khalayak dari kegiatan
public relations. Public itu disebut juga stakeholders, yakni
kumpulan dari orang-orang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan. Unsur-unsur dalam stakeholders antara lain :
- Pemegang Saham
- Karyawan dan Manajemen
- Keluarga Karyawan
- Konsumen
- Pemasok
- Komunitas
- Pemerintah
Beberapa pembagian (klasifikasi) mengenai public atau khalayak, antara lain :
a. Public Internal dan Publik Eksternal
Public internal adalah public yang berada didialan perusahaan.
Misalnya, para karyawan, satpam, penerima telepon, supervisor, manajer,
para pemegang saham, dan sebagainya. Sedangkan public ekternal adalah
mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan dan berada diluar
perusahaan. Misalnya, penyalur, pemasok, bank, pemerintah, komunitas,
dan pers.
b. Public Primer, Sekunder, dan Marjinal
Tidak semua elemen dalam stakeholder perlu diperhatikan perusahaan.
Perusahaan perlu menyusun suatu kerangka prioritas. Yang paling penting
disebut public primer, yang kurang penting disebut public sekunder, dan
yang dapat diabaikan adalah public marjinal. Urutan-urutan dan prioritas
public setiap perusahaan berbeda, sekalipun industrunya sama.
Urutan-urutan tersebut memungkinkan untuk berubah dari tahun ketahun
c. Public Tradisional dan Publik Masa Depan
Karyawan dan konsumen adalah public tradisional, sedangkan mahasiswa,
peneliti, konsumen potensial, pejabat pemerintah (madya) adalah public
masa depan.
d. Proponents, Opponents, dan Uncommited
Diantara public terdapat kelompok yang menentang perusahaan
(opponents), yang memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli
(uncommitted). Perusahaan perlu mengenal public yang berbeda-beda ini
agar dapat dengan jernih melihat permasalahan.
Dilihat dari aktivitas public dalam mengajukan complaint atau
mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vocal (aktif) dan yang
silent (pasif). Public penulis disurat kabar umumnya adalah the vocal
minority , yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tidak
banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tidak
kelihatan suara atau pendapatnya.
2.1.2 Alasan Menentukan Khalayak
Ada beberapa alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan
harus mengenali atau menetapkan unsure masyarakat luas yang menjadi
khalayaknya. Yakni :
- Untuk mengidentifikasikan segmen khalayak atau kelompok yang paling tepat untuk dijadikan sasaran suatu program kehumasan
- Untuk menciptakan skala prioritas, sehubungan dengan adanya keterbatasan anggaran dan sumber-sumber daya lainnya.
- Untuk memilih media dan teknik humas yang sekiranya paling sesuai; serta
- Untuk mempersiapkan pesan-pesan sedemikian rupa agar cepat dan mudah diterima.
2.1.3 Akibat tidak ditetapkan Khalayak
Seorang PR organisasi atau perusahaan perlu menetapkan khalayak
sasaran yang akan dituju. Jika seorang PR tidak mentapkan khalayak maka
akan mengakibatkan beberapa masalah dalam menyusun kegiatan PR. Masalah
yang timbul akibat tidak ditentukannya khalayak antara lain :
- Segenap usaha dan dana akan terpecah belah akibat terlalu luasnya khalayak yang dituju
- Pesan yang dikirimkan tidak ditangkap atau dimengerti sebagaimana mestinya, karena pesan itu tidak sesuai dengan karakteristik khalayak yang menerimanya
- Total kegiatan tidak akan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sehingga penggunaan jam kerja, materi serta peralatan menjadi tidak ekonomis
- Tujuan yang hendak dicapai walaupun telah ditargetkan tidak akan tercapai.
- Pihak manajemen atau perusahaan klien merasa tidak puas dengan hasil yang ada. Kalau ini berlangsung berulang-ulang pada akhirnya mereka akan beranggapan bahwa kegiatan PR itu merupakan suatu yang abstrak, atau bahkan sesuatu yang sia-sia dan hanya memboroskan uang saja. Kemungkinan lainnya mereka masih percaya pada manfaat dan arti penting PR, tetapi mereka takkan mempercayai lagi kompetensi para praktisi PR yang mereka pekerjakan. Kalau sudah begitu manajer humas dan stafnya tinggal menghitung tanggal pemecatan. Sedangkan konsultan humas harus siap-siap gulung tikar karena kehilangan order.
2.2 KHALAYAK PR EKSTERNAL
Khalayak-khalayak dari PR eksternal organisasi atau perusahaan antara lain :
- Distributor-Dealer
- Pemasok
- Komunitas
- Pemerintah
- Pers atau Media
- Pesaing
- Konsumen
- Bank
- 1. Hubungan Distributor-Dealer
Kebanyakan perusahaan besar memasarkan produknya melalui grosir
(wholesaler) dan pengecer (retailer) yang mencakup public. Perusahaan
tidak dapat maju tanpa organisasai dealer yang berhasil. Begitu pula seorang dealer tidak akan berhasil jika tidak menujual produk-produk yang dibuat oleh perusahaan yang berhasil. Panitia hubungan dealer terdiri dari ketua bagian hubungan dengan dealer, meliputi: direktur penjualan atau direktur hubungan dealer, manajer akunting, penagihan, kredit, pengaturan lalu lintas dan pelayanan. Pelaksanaan hubungan distributor-dealer
merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, yang mempertahankan
kesinambungan hubungan dengan para grosir dan pengecer. Para penjaja,
manajer penjualan, serta pelaksana periklanan dan promosi penjualan yang
sering berhubungan dengan para distributor dan dealer, merupakan komunikator utama dengan organisasi dealer tersebut.
Tujuan dari hubungan distributor-dealer, yakni (1) menentukan sikap para distributor dan dealer sebagai dasar kebijaksanaan, pelaksanaan, dan komunikasi hubungan dealer; (2) menciptakan suatau pengertian yang lebih baik dengan para distributor dan dealer melalui penjelasan kebijaksaan dan pelaksanaan manajemen; (3) memberikan kepercyaan kepada distributor dan dealer; (4) membantu distributor dan dealer meningkatkan penjualannya; (5) membantu distributor dan dealer
dalam periklanan; (6) mengawasi manajemen periklanan, efektivitas
rencana program perusahaan sepanjang berkenaan dengan hubungan para dealer-nya; (7) menerima keluhan dealer tentang penjualan; (8) membiasakan para pelaksana perusahaan menghadapi berbagai masalah dengan dealer, berkaitan
dengan kebijaksanaan dan hubungan perusahaan; (9) mempertimbangkan
gagasan, saran, keluhan yang mungkin diajukan oleh para dealer (10) memeriksa penghentian persetujuan monopoli dealer dan memutuskan apakah penghentian itu akan efektif; (11) membantu distributor dan dealer mengembangkan metode manajemen; (12) membatnu distributor dan dealer
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pemakai; (13)
mempergunakan kebijaksanaan distribusi yang disusun untuk mendapatkan
itikad baik dan loyalitas distrutor dan dealer; (14) memberikan pelayanan keuangan konsumen kepada para dealer yang tidak mampu menjual volume barang yang maksimal kepada konsumen; (15) merangsang distributor dan dealer agar tertarik dan tetap setia pada produk perusahaan serta membentuk suatu kemitraan dagang (Moore, 2004:390-391).
- 2. Hubungan Pemasok
Ketergantungan para pengusaha kepada para pemasok (supplier)
komponen produk meningkat selama bahan dan proses yang semakin khusus
menjadi terlihat dalam produksi-produksi teknis yang dibutuhkan untuk
memenuhi permintaan industry, militer, dan public konsumen meningkat.
Dalam hubungan ini, keduudkan pemasok semakin bertambah penting. Para
pengusaha pabrik percaya kepada para pemasok bahan mentah, suku cadang,
aksesoris, perkakas, dan mengoperasikan perbekalan untuk produksi dan
operasi. Para pemasok makanan, obat-obatan, perangkat keras, pakaian,
perabot rumah, bahan bakar, dan beribu-ibu peroduk lainnya untuk dijual
kembali kepada konsumen utama (Moore,2004:403-404).
Tujuan dari program hubungam pemasok yakni : (1) membina kepentingan
bersama antara pemasok dan pembeli; (2) menunjukkan kepada para pemasok
bagaimana mereka dapat meningkatkan metode diproduksinya sehingga
meningkatkan pengembalian bersih mereka; (3) menentukan apakah para
pemasok memikirkan kebijaksanaan dan kebiasaan perusahaan; (4)
menjadikan perusahaan sebagai mitra yang baik, yang bekerja sama dengan
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan masalah produksi dan persediaan; (5)
mempertahankan hubungan yang baik dengan para pemasok melalui perlakuan
yang adil dan terbuka; (6) melengkapi materi da saran guna
mengembangkan hubungan pemasok dengan staf pemerian, penerimaann,
pengawasan, akunting dan bagian lainnya yang bekerja dengan para pemasok
(Moore,2004:407-408).
3. Hubungan Komunitas
Komunitas adalah sekolompok orang yang hidup ditempat yang sama, dan
mempunyai kebudayaan dan sejarah yang umumnya turun-temurun. Orang hidup
dalam komunitas dengan lembaga-lembaganya yang membuat mereka saling
bergantung satu sama lainnya. Mereka tidak dapat menikmati kehidupan
yang baik tanpa lembaga-lembaga tersebut. Begitu juga lembaga itu hanya
dapat hidup dengan izin mereka. Organisasi bisnis ada dianatar
lembaga-lambaga komunitas yang lebih penting. Bisinis membantu komunitas
yang lebih penting. Bisnis membantu komunitas dengan menyediakan
pekerjaan tetap, gaji yang layak, dan keuntungan financial; dengan
membeli barang-barang dan jasa dari para pemasok local; dengan membayar
pajak untuk kelangsungan pemerintah setempat; dengan menyumbangkan
proyek sosial dan kebudayaan. Dengan demikian, lembaga bisnis yang maju
berada pada posisi untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas tersebut
(Moore,2004:415).
Tujuan hubungan komunitas, yakni: (1) memberi informasi kepada
komunitas tentang kebijaksanaan, kegiatan, dan masalah perusahaan; (2)
memberi informasi kepada para karyawan yang berhubungan dengan
perusahaan mengenai jalnnya perusahaan dan mendorong karyawan
menyampaikan kepada temannya dan tetangganya dalam komunitas; (3)
menjawab kritik dan membantah serangan dari tekanan kelompok setempat
yang salah paham mengenai perusahaan; (4) menjadikan perusahaan sebagai
factor penting dalam kehidupan komunitas melalui bantuan kepada
lembaga-lembaga setempat dan masalah lingkungan; (5) mengetahui apakah
komunitas memikirkan dan membicarakan perusahaan besrta kebijaksanaan
dan operasionalisasinya; (6) meningkatkan kesejahteraan komunitas dengan
meningkatkan potensi setempat; (7) membina kepemimpinan kebudayaan
dengan menggalakan apresiasi yang lebih besar dalam seni, music, dan
drama; (8) membantu peternakan atau pertanian; (9) meningkatkan
kesehatan komunitas; (10) mendukung kegiatan olahraga dan rekreasi; (11)
menyumbang kepada program pemberantasan kenakalan remaja di dalam
komunitas; (12) meningkatkan pengertian yang lebih baik tentang masalah
politik dan ekonomi; (13) bekerja sama dengan perusahaan dalam
meningkatkan pengertian system bisnis dan ekonomi; (14) menunjukkan
kepada komunitas bahwa suatu perusahaan merupakan warga dan majikan yang
baik; (15) meyakinkan bahwa sebuah pabrik local bukan hanya cabang
perusahaan besar, melainkan sebuah bisnis local yang memenuhi
kepentingan dan kewajibannya di tempat operasinya perusahaan itu; (16)
menjaga hubungan yang harmonis dengan para pemuka komunitas dalam
semangat kebersamaan yang tinggi; (17) menciptkan iklim bisnis yang
menghasilkan kegiatan yang efesien dan ekonomis, serta perusahaan
sebagai tempat yang baik untuk bekerja di mata calon karyawannya
(Moore,2004:418-419).
4. Hubungan Pemerintah
Suatu perkembangan penting dalam PR adalah terjadinya hubungan yang
lebih erat antara perusahaan, asosiasi dan perserikatan dengan
pemerintah, serta semakin meluasnya keterlibatan lembaga-lembaga swasta
dalam permasalahan masyarakat (di mana selama ini permasalahan
masyarakat lebih banyak ditangani pemerintah). Kepentingan bisnis dan
pemerintah menjadi satu serta saling menguntungkan, dan kalangan bisnis
tidak menganggap lagi pemerintah sebagai lawan, tetapi sebagai mitra
kerja (diadaptasi dari Moore, 2004:469).
Hampir setiap jalannya bisnis dipengaruhi oleh pemerintah, yang
menentapkan dan memaksakan peraturan untuk megnatur bisnis dan
menentukan iklim di mana bisnis harus berfungsi. Untuk melindungi
kepentingan bisnis dan melayan kepentingan umum, para perwakilan bisnis
dan melayani kepentingan umum, para perwakilan bisnis harus turut dalam
penyusunan peraturan dan megnambil bagian dalam penentuan iklim politik.
Mereka harus mempunyai suara pada saat undang undang itu dibuat dan
berperan dalam menentukan kebijkasanaan fisikal serta perpajakan
pemerintah secara langsung maupun dengan kerja sama, melalui program
hubungan pemerinta yang konstruktif (Moore, 2004:471-472).
Terdapat suatu peningkatan pengenalan atas bagian eksekutif bisnis
mengenai pentingnya mengembangkan suatu kerja sama yang efektif dengan
pemerintah. Pendekatan ini menyarankan agara sebagai mitra, pemerintah
dan bisnis mempunyai tujuan dasar yang sama, dan agar masing-masing
sebaiknya berusaha membentuk suatu pengertian yang jelas mengenai
peranannya. Dengan keberanian menghadapi perbedaan itu tetapi tetap
mempertahankan pandangan yang konstruktif, baik pemerintah maupun bisnis
menjadi bagian dari pemecahan daripada bagian dari permasalahan.
Kerjasama bisnis pemerintah terancam oleh biaya tak terduga di mana
pemerintah tidak mendorong perusahaan bebas, dan menghacnurkan bisnis
melalui peraturan dan undang-undang diskriminasi dan perpajakan yang
mencekik. Yang sama merusaknya adalah tuntutan dari pejabat pemerintah
tertentu bahwa para pemimpin bisnis menentang sebagaian besar
undang-undang yang diajukan tanpa memberikan suatu alternative. Mereka
tidak memikirkan permasalahan nasional dan kepentingan sosial tetapi
mereka Cuma mencari keuntungan dan menyenangkan para pemegang saham.
Terlalu anyak eksekutif, sama sekali tidak mempengaruhi Capitol Hill
(bukit tempat bedirinya gedung DPR Amerika), mengabaikan hubungan
kongres-bisnis dan perhatian setiap tindakan kongres-hingga sangat
terlambat-sebagai masalah orang lain; atau memuaskan diri mereka sendiri
melulu dengna keluhan tentang apa yang dilakukan kongres. Akibatnya,
pemerintah, dalam beberapa hal, telah bertindak tanpa nasihat dan
caranya yang seharusnya tidak perlu merusak kepentingan bisnis, soal
penting yang dihadapi para pelaksana bisnis adalah apakah pemerintah
tersebut akan bekerja dengan atau tanpa bantuan bisnis.
5. Hubungan dengan Pers
Hubungan pers (press relations) adalah usaha untuk mencapai
publikasi penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas
dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari
organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
Cara menciptakan hubungan Pers yang baik
Selain memasok berbagai materi yang layak diterbitkan, semua praktisi
humas juga perlu memahami bagaimana surat kabar atau majalah itu
diterbitkan serta bagaimana pula caranya memproduksi program-program
siaran radio dan televisi. Sebagian pengetahuan tersebut dapat
dipelajari hanya dengna mengamatinya saja. Untuk itu, adakanlah
kunjungan-kunjungan kesejumlah penerbitan, stasiun radio dan studio
televisi. Kadang-kadang humas dapat memahami suatu media hanya dengna
menelepon orang-orang yang terkait dan mengajukan berbagai pertanyaan
yang relevan kepadanya, seperti kapan hari terakhir dari satu minggu
atau pada jam berapa dalam satu hari suatu naskah humas sudah harus
diserahkan ke meja redaksi. Ini merupakan bagian dari tugas praktisi
humas, yakni berusaha untuk mengetahui segala sesuatunya selengkap
mungkin kalau ia tidak mengetahui tenggang atau saat tearakhir
penyerahan naskah, maka suatu saat ia mungkin akan menyodorkan naskah ke
redaksi setelah majalah atau surat kabarnya dicetak.
Hal-hal Pokok Perihal Pers
Berikut ini adalah sebuah ringkasan atau rangkuman atas hal-hal
terpenting perihal pers atau media yang harus diketahui oleh seorang
praktisi humas;
- Kebijakan editorial: hal ini merupakan pandangan dasar dar suatu media yang dengan sendirinya akan melandasi pemilihan subjek-subjek yang akan dicetak atau yang akan diterbaitkannya. Misalnya saja, ada Koran-koran yang senantiasa memuat ulasan khusus secara singkat mengenai berbagai macam transaksi bisnis yang terjadi setiap hari.
- Frekuensi Penerbitan: Setiap terbitan punya frekuensi penerbitan yang berbeda-beda; bisa beberapa kali dalam sehari, harian, dua kali seminggu, mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan. Jumlah edisi yang diterbitkan dalam satu kali penerbitan juga perlu diketahui oleh para praktisi humas.
- Tanggal penerbitan: kapan tanggal dan saat terakhir sebuah naskah harus diserahkan keredaksi untuk penerbitan yang akan datang? Tanggal penerbitan dari satu media ditentukan oleh frekuensi dan proses percetakannya.
- Proses percetakan: apakah suatu media dicetak secara biasa, dengan teknik fotografis, litografi ataukah flexografi.
- Daerah sirkulasi: apakah jangkauan sirkulasi berskala local, khusu didaerah pedesaan, perkotaan, berskala nasional, ataukah bahkan berskala internasional.
- Jangkauan pembaca: berapa dan siapa saja yang membaca jurnal atau media yang bersangkutan? Seorang praktisi humas juga dituntut untuk mengetahui kelompok usia, jenis kelamin, status sosial, minat khusus, kebangsaan, etnik, agama, hingga keorientasi politik dari suatu khalayak pembaca suatu media.
- Metode distribusi: praktisi humas juga perlu mengetahui metode-metode distribusi dari suatu media; apakah itu melalui toko-toko buku, dijajakans ecara langsung dari pintu ke pintu, lewat pos atau system langganan, atau secara terkontrol.
Tugas Praktisi Humas dalam Hubungannya dengan Pers
- Tanggung jawab yang utama dari seorang praktisi humas tertuju kepada perusahaan induk (untuk departemen humas internal) atau perusahaan kliennya (untuk konsultasi humas eksternal), selama hal itu tidak bertentangan dengan kode etik kehumasana, segala peraturan hukum yang berlaku, kepentingan umum.
- Tugas pokok seorang praktisi humas adalah menjalankan program-program humas yang telah direncanakan serta disetujui sebelumnya, dengan tujuan memaksimalkan pengetahuan dan pemahaman khalayak atas produk, sosok keseluruhan atau aspek-aspek lainnya dari organisasi atau perusahaan induk dan atau klien
6. Hubungan dengan konsumen
Selain untuk memperoleh citra perusahaan yang baik ( positif ) dimata
publiknya, praktik PR juga dilakukan untuk memperoleh citra porudk dari
konsumennya, yang terdiri dari laki-laki, wanita dan anak-anak yang
membentuk suatu masyarkat atau komunitas konsumen. Konsumen itu sendiri
yang menentukan suatu keberhasilan atau kegagalan setiap industry dan
perusahaan. Sasaran utama bisnis sebaiknya merencanakan kegiatan dengan
konsumen yang jelas, dan perusahaan benar-benar menganggap bahwa mereka
yang membutuhkan konsumen bukan sebaliknya. Istilah lainnya, perusahaan
harus bersikap dan berperilaku menjemput bola, bukan menunggu bola. Kalau peril, lari tanpa bola, jangan terjebak off side sehingga dapat menjebol gawang konsumen (diadaptasi
dari Moore). Konsumen yang ekstrem dianggap sebagai penekan bisnis dan
acapkali disebut suatu keretakan dalam reformasi sosial. Timbul suatu
tuntutan akan hak-hak konsumen dalam setiap hubungan bisnis, keamanan
produk, kejujuran dalam iklan, dan jaminan penuh, semuanya dengan
dukungan pemerintah. Pengembangan hubungan konsumen yang lebih baik dan
sangat luas merupakan satu tugas penting perusahaan besar (Moore,
2004:501-502).
Tujuan hubungan konsumen: Pertama, menentukan apakah para konsumen memikrikan dan membicarakan kebijakasanaan, tindakan, produk, atau pelayanan perusahaan. Kedua,
memahami apakah semua pernyataan yang dibuat untuk para konsumen
mengenai harga, nilai, pelayanan, dan kualitas berdasarkan kenyataan dan
tidak dibuat-buat. Ketiga, meningkatkan pelayanan konsumen
dengan penanganan yang lebih memuaskan atas dasar keluhan, dengan
analisis keluhan untuk mengetahui penyebabnya; dan dengan memperbaiki
kekurangan dalam operasi, prosedur, atau kebijaksanaan untuk mencegah
timbbulnya keluhan-keluhan tersebut. Keempat, memperoleh penerimaan tentang produk dan pelayanan suatu perusahaan oleh public pemakai. Kelima, mendidik para karyawan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat, sopan, pribadi dan ramah kepada konsumen. Keenam, menyebarluaskan informasi kepada public pemakai tentang produk, pelayanan, kebijaksanaan, dan praktik perusahaan.
Ketujuh, menjawab pertanyaan konsumen yang berhubungan dengan perusahaan,produk, pelayanan, dan manfaatnya. Kedelapan, menghasilkan produk atau pelayanan yang lebih memuaskan kepada konsumen melalui penelitian dan pemahaman produk. Kesembilan,
memberi nama produk dengan istilah yang bisa dipahami sehingga konsumen
dapat mengetahui mutu dan sifat-sifat produk; membuat tingkatan atau
standar mutu produk untuk membantu konsumen memlilih dan memannfaatkan
produk tersebut. Kesepuluh, menetapkan harga serendah mungkin
sesuai dengan mutu melalui peniadaan limbah produksi, distribusi, dan
meneruskannya kepada konsumen pengehematan atau efesiensi yang lebih
besar. Kesebelas, bekerja sama dengan kelompok konsumen untuk
memberikan informasi dan mendidik konsumen mengenai pengetahuan mutu
dan untuk memenuhi kebutuhannya. Keduabelas, memelihara dan meningkatkan hubungan dengan para guru ekonomi rumah tangga, agen perabot rumah tangga, dan toko-toko makanan. Ketigabelas, mempersiapkan
dan menyebarluaskan petunjuk, konsep, resep, dan buku-buku tentang
penggunaan produk sehingga konsumen akan memperoleh kepuasan maksimal
dalam pemakaian produk. ( Moore, 2004: 515-516 ).
STRATEGI MEMBANGUN HUBUNGAN KHALAYAK EKSTERNAL
Hubungan dengan publik diluar perusahaan merupakan keharusan yang
mutlak. Karena perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa bekerja
sama dengan perusahaan yang lain. Karena itu perusahaan harus
menciptakan hubungan yang harmonis dengan publik-publik khususnya dan
masyarakat umumnya.
Salah satunya dengan melakukan komunikasi dengan publik ekstern
secara informatif dan persuasif. Informasi yang disampaikan hendaknya
jujur, teliti dan sempurna berdasarkan fakta yang sebenarnya. Secara
persuasif, komunikasi dapat dilakukan atas dasar membangkitkan perhatian
komunikan (publik) sehingga timbul rasa tertarik.
Masalah yang perlu dipecahkan dalam kegiatan external public relationsmeliputi
bagaimana memperluas pasar bagi produksinya, memperkenalkan produksinya
kepada masyarakat, mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari publik
maupun masyarakat, memelihara hubungan baik dengan pemerintah,
mengetahui sikap dan pendapat publik terhadap perusahaan, memelihara
hubungan baik dengan pers dan para opinion leader, memelihara
hubungan baik dengan publik dan para pemasok yang berhubungan dengan
operasional perusahaan dan mencapai rasa simpatik dan kepercayaan dari
publik dalam masyarakat.
Tindakan-tindakan yang harus dilakukan external public relations seperti :
- Menganalisa dan menilai sikap dan opini publik yang menanggapi kebijaksanaan pimpinan perusahaan dalam menggerakkan pegawainya dan menerapkan metodenya
- Mengadakan koreksi dan saran kepada pimpinan perusahaan, terutama kegiatan yang mendapat sorotan atau kritikan public
- Mempersiapkan bahan-bahan penerangan dan penjelasan yang jujur dan objektif agar publik tetap memperoleh kejelasan tentang segala aktivitas dan perkembangan perusahaan
- Ikut membantu pimpinan dalam hal menyusun atau memperbaiki formasi staf ke arah yang efektif
- Mengadakan penyelidikan atau penelitian tentang kebutuhan, kepentingan dan selera publik akan barang-barang yang dihasilkan perusahaan.
CSR ( Corporate Social Responsibility )
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu strategi
membangun hubungan dengan khalayak eksternal, dengan adanya program ini
sebuah perusahaan berperan sebagai wujud tanggungjawab dan kepedulian
sosial. Namun demikian, perlu disadari bahwa CSR bukan semata program
sosial yang menjadikan perusahaan sebagai sebuah “lembaga amal” ataupun
“bagian dari departemen sosial milik pemerintah”.
Mau tidak mau haruslah diakui bahwa CSR memiliki dua sisi mata uang.
Di satu sisi sebagai program kepedulian sosial, sementara di sisi lain
merupakan bagian dari perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan
Tantangan yang harus dijawab terkait hal tersebut adalah bagaimana
membangun konsep CSR yang benar-benar efektif dalam menjalankan fungsi
sosial, namun tidak melupakan tujuan perusahaan untuk mencari
keuntungan. Selain itu, bagaimana membangun konsep CSR yang memiliki
dampak positif terhadap peningkatan keuntungan perusahaan, namun bukan
berarti semata mencari keuntungan melalui “kemasan” tanggungjawab dan
kepedulian sosial.
Perlu diketahui, tidak semua perusahaan memiliki program CSR. Bahkan
tidak semua perusahaan memiliki divisi Public Relation (PR) atau divisi
lain yang biasanya diberikan tugas khusus untuk mengurusi permasalahan
CSR. Kalaupun ada perusahaan yang mengagendakan CSR, itu hanya dirangkap
oleh divisi lain yang memiliki kedekatan fungsi dalam mencapai tujuan
perusahaan untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan, misalnya divisi pemasaran (marketing).
Alasan bagi perusahaan yang mengambil langkah ini, selain untuk
efektifitas anggaran, perusahaan yang seperti ini biasanya memiliki
orientasi yang terfokus kepada penjualan dan memperoleh keuntungan
semata. Selain itu, ada juga diantara perusahaan tersebut yang hanya
membuat program CSR sebagai langkah taktis untuk mendongkrak penjualan
dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Bagi perusahaan seperti ini, PR atau CSR dianggap sebagai divisi dan
program yang sekadar “menghabiskan uang perusahaan” saja. Selain lemah
secara tanggungjawab dan kepedulian sosial, mereka belum menyadari arti
penting program jangka panjang untuk keberlangsungan dan peningkatan
keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, mereka
belum menyadari CSR sebagai sebuah program investasi jangka panjang
perusahaan.
Sementara itu terkait strategi sebuah perusahaan yang melakukan
program CSR semata untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan
keuntungan, langkah seperti ini memang ada benarnya juga. Tidak sedikit
program-program CSR yang dilakukan perusahaan memiliki dampak secara
langsung karena memang sengaja diarahkan untuk mendongkrak penjualan dan
peningkatan keuntungan perusahaan.
Program CSR “dadakan” ini biasanya dilakukan dengan disertai
publikasi yang diarahkan kepada menarik simpati publik sehingga
terdorong untuk membeli produk. Selain itu, ada juga perusahaan yang
menerapkan strategi keikutsertaan publik dalam program CSR dengan
membeli produk tertentu.
Namun demikian, langkah “instan” mengagendakan program CSR untuk
meraup keuntungan seperti ini tidak akan memberikan dampak positif yang
bertahan lama. Selain anggaran yang akan terus membengkak, pogram CSR
yang memang tidak direncanakan untuk jangka panjang akan menjadikan
menurunnya kualitas kinerja divisi yang dibebani pekerjaan yang bukan
merupakan tugas utamanya.
Persoalan lain yang akan muncul ketika perusahaan yang menjadi
kompetitor menggunakan strategi tandingan yang hampir sama, sama, bahkan
dengan teknik yang lebih mutakhir. Penghancuran karakater perusahaan di
mata masyarakat dan para konsumen tentunya akan sangat berpengaruh
kepada penjualan dan penghasilan perusahaan.
Hal yang juga perlu diingat yaitu kondisi masyarakat dan konsumen
saat ini yang sudah cerdas. Mereka dapat membedakan mana perusahaan yang
benar-benar melakukan program CSR dan mana perusahaan yang melakukan
program CSR hanya untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan
keuntungan perusahaan semata.
Tingkat kecerdasan masyarakat dan konsumen ini akan menentukan
pilihan mereka untuk membeli sebuah produk yang dipasarkan oleh
perusahaan. Selain itu, bagian ini juga yang biasanya dijadikan landasan
strategi bagi pihak perusahaan kompetitor untuk menjatuhkan perusahaan
saingannya.
Untuk membangun program CSR yang benar-benar berguna bagi masyarakat
dan memiliki dampak positif terhadap penjualan dan peningkatan
keuntungan perusahaan, dibutuhkan pemberian program yang memiliki
manfaat jangka panjang yang sekaligus dikelola dengan melibatkan
masyarakat dan stake holder terkait lain secara berkesinambungan.
Program CSR bermanfaat jangka panjang yang dimaksud yaitu
program-program yang memiliki dampak positif untuk kemajuan masyarakat
dan relasi antara masyarakat dengan perusahaan dalam jangka waktu yang
panjang, bahkan kalau memungkinkan dapat menciptaan sebuah hubungan
psikologis seumur hidup.
Program ini dikelola dengan mengikutsertakan masyarakat dan mengedepankan kemandirian masyarakat untuk mengurusi keberlanjutan program tersebut. Peran yang diambil perusahaan, dalam hal ini divisi yang membidangi program CSR, sebaiknya berlaku sebagai “pendamping” masyarakat, yang menjembatani komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat dan sebaliknya.
Namun demikian, yang perlu diperhatikan dalam proses pengelolaan
program CSR yang berbasis masyarakat ini adalah jangan sampai
mencampuradukkan antara program CSR dengan program lain dari perusahaan
untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan. “Internalisasi”
produk perusahaan terhadap masyarakat atau komunitas yang menjadi
target program CSR sebaiknya dibiarkan berlangsung secara alami.
Dengan kata lain, akan lebih bijak dan akan sangat menguntungkan bagi
perusahaan ketika masyarakat atau komunitas yag menjadi target program
CSR nantinya akan menjadi PR bagi produk-produk maupun kebijakan yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan akan sangat
diuntungkan dengan memiliki “tenaga” dan “sumber daya” yang tumbuh dan
berkembang dari masyarakat yang nota bene merupakan bagian dari target
pemasaran produk-produk perusahaan.