JAKARTA - Januari 2014 koran Katolik Kompas seperti sudah menjatuhkan
pisau 'guillotine' ke leher Partai-partai Islam atau berbasis
massa Islam, bahwa tidak ada satupun yang bisa lolos parlemen threshold (3,5
persen). Rata-rata Partai Islam atau berbasis massa Islam itu menurut survei
Litbang Kompas, dibawah 3 persen. Kecuali PKB yang masih lolos threshold dengan
suara diatas 5 persen.
Hampir semua
lembaga survei tak ada yang simpati kepada Partai-partai Islam atau berbasis
massa Islam, termasuk lembaga CSIS, yang dilahirkan oleh tokoh-tokoh Katolik,
seperti Hary Tjan Silalahi dan Pater Beek, memberikan hasil suvei Partai-partai
Islam, tidak ada yang lolos parlemen threshold.
Memang,
mereka menginginkan pasca pemilu 2014, sudah tidak ada lagi Partai-partai Islam
atau berbasis massa Islam. Golongan Kristen, sekuler, dan liberal menginginkan
jagad politik Indonesia hanya didominasi kalangan Kristen yang sudah menyusup
ke partai-partai sekuler, termasuk Syiah, dan menggilas Muslim Indonesia.
Memang,
pemilu sejak awal reformasi suara-suara partai-partai Islam mengalami pasang
surut. Seperti ketika berlangsung pemilu tahun 2004, harapan Muslim terhadap
Partai-partai Islam cukup tinggi, ini terbukti dengan total jumlah perolehan
suara Partai-partai Islam dan berbasis massa Islam itu, totalnya mencapai 38,35
persen. PKB mendapatkan 10,57 persen, PPP mendapatkan suara 8,15 persen, PKS
mendapatkan 7,34 persen, PAN mendapatkan suara 6,44 persen, PBB mendapatkan
suara 2,62 persen, PBR mendapatkan suara 2,44 persen, PNU mendapatkan suara
0,79 persen.
Namun,
ketika pemilu 2009, perolehan suara Partai-partai Islam atau berbasis massa
Islam, kembali turun, ketika mereka masuk dalam 'koalisi' pemerintahan SBY, dan
Partai Demokrat yang dipimpin SBY, masuk dalam kubangan lumpur korupsi.
Partai-partai Islama di dalam pemerintahan SBY, hanyalah menjadi 'stempel'
alais 'pak turut'. Tidak melakukan kontrol apapun, dan tidak berani melakukan
oposisi terhadap kebijakan pemerintahan SBY yang tidak sesuai dengan
kepentingan rakyat.
Korupsi itu
berdampak terhadap Partai-partai Islam, sekalipun, tingkat kualitas dan
kuantitas korupsi Partai-partai Islam itu, masih jauh dibandingkan dengan PDIP
dan Golkar.
Hasil pemilu
tahun 2009, Partai-partai Islam dan berbasis massa Islam, totalnya mencapai
29,3 persen. Turun hampir leibh 9 persen. Ini menjadi 'warning' bagi
partai-partai Islam, agar memperbaiki kenerja partainya. Hasil pemilu
Partai-partai Islam di tahun 2009, PKB mendapatkan suara 4,94 persen, PPP
mendapatkan suara 5,32 persen, PKS mendapatkan suara 7,88 persen, PAN
mendapatkan suara 6,01 persen, PBB mendapatkan suara 1,79 persen, PBR
mendapatkan suara 1,21 persen, PKNU mendapatkan suara 1,47 persen, PMB mendapatkan
suara 0,40 persen, PPNUI mendapatkan suara 0,14 persen, dan PS mendapatkan
suara 0,14 persen.
Diantara
faktor lainnya yang menyebabkan menurunnya perolehan suara dalam pemilu 2009,
masing Partai-partai Islam itu, terlibat konflik diinternal mereka. Sehingga,
membuat publik menjadi kehilangan kepercayaan mereka terhadap partai Islam.
Sekarang,
pada pemilu 2014, suara Partai-partai Islam atau berbasis massa Islam, suaranya
naik sedikit, yaitu totalnya mencapai 31,92 persen. Masih sangat jauh dibandingkan
dengan partai-partai sekuler. Bila digabungkan suara-suara partai-partai
sekuler jumlah bisa lebih dari 45 persen!
Suara
Partai-partai Islam atau berbasis massa Islam, itu diantaranya, PKB kembali
mendapatkan suara 9,57 persen, PPP mendapatkan suara 6,73 persen, PAN
mendapatkan suara 7,45 persen, PBB mendapatkan suara 1,65. Bila digabungkan
suara Partai-partai Islam itu jumlahnya sudah cukup mencalonkan calon presiden
dari “Blok Partai Islam”.
Tetapi,
apakah para pemimpin Partai-partai Islam itu, mereka memiliki keinginan menjad
kekuatan politik Islam “Blok Islam” sendiri? Tidak lagi menjadikan
Partai-partai Islam atau berbasis massa Islam, sekadar menjadi 'jongos'
partai-partai sekuler?
Seperti
nanti tidak menjadi 'jongos' nya PDIP dengan mengharapkan kemenangan dan
kekuasaan. Di mana sekarang dengan manipulasi oleh media Kristen dan sekuler,
yang menjagokan Jokowi, kemudian ramai-ramai Partai-partai Islam menjajakan
dirinya mendukung Jokowi. Atau mungkin melakukan dukungan kepada ARB, dan
Prabowo.
Seharusnya
para pemimpin Partai-partai Islam sudah memiliki visi dan misi membangun
Indonesia dngan nilai dan prinsip baru, yang bersumber dari prinsip dan
nilai-nilai Islam. Partai sekuler seperti PDIP, Golkar, atau apapun partai
namanya partai sekuler itu, semuanya sudah bangkrut, dan tidak membangun
berhasil kehidupan bangsa dan negara, dan mereka hanya menciptakan 'disaster'
alias bencana, sejak zaman Soekarno sampai SBY.
Mengapa para pemimpin Partai-partai Islam tidak
bangkit memelopori gerakan perubahan yang berbasis dari prinsip dan nilai
Islam? Meninggalkan sifat dan watak inferior (rendah) diri, dan menempatkan
diri mereka menjadi 'jongos' partai sekuler, yang jelas sudah bangkrut,
dan membawa kehidupan yang penuh dengan kekacauan.Mengapa tidak berani mengambil
langkah membentuk “Blok Islam”? (afgh)
(voa-islam.com)